Jumat, 18 Oktober 2013

Trip to Bromo

Kemarin baru saja libur panjang dalam rangka memperingati Idul Adha 1434 H dan saya pun berencana kembali ke Bromo menikmati indahnya sang mentari terbit.

Sekedar informasi, gunung Bromo terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur dengan ketinggian 2.392 m dpl dan memiliki keunikan pasir seluas 5.250 Ha. Sampai saat ini Gunung Bromo masih dalam status aktif.

Perjalanan ke Bromo di mulai tepat pada pukul 1 dini hari. Kami dijemput dengan jeep hijau yang dikendarai oleh Pak Insya. Melewati gelapnya malam berselimutkan dinginnya angin, jeep hijau yang kami tumpangi melaju kencang menyusuri jalan mendaki maupun menurun, melewati hutan, jurang yang curam dan lautan pasir hingga kami tiba di Penanjakan 2, penanjakan menuju puncak yang paling banyak dikunjungi untuk didaki. Di Bromo sendiri terdapat 3 penanjakan yang sering di daki untuk melihat terbitnya matahari dari ufuk timur, tetapi penanjakan 2 merupakan penanjakan yang terkenal dari antara 2 penanjakan lainnya.

Tepat pada pukul 2.30 dini hari, kami tiba di jalan menuju penanjakan 2, jeep berhenti hingga tidak bisa lagi melewati jalan menuju puncak dan kami pun memutuskan berjalan sekitar 500 meter dari puncak, berjalan mendaki melewati pasir kemudian menaiki 300 anak tangga. Angin yang dingin membuat kami sedikit bersemangat ingin cepat sampai pada puncak dan menikmati secangkir teh dan kopi panas. Sangat disarankan untuk membawa jaket tebal, sarung tangan serta penutup kepala yang bisa membuat hangat tubuh. Suasana yang masih sangat sepi menjadikan kami seakan-akan pemilik dari gunung Bromo ini.

Kami pun melepas lelah dengan berfoto-foto sembari menunggu sang mentari terbit untuk diabadikan.

Sunrise Bromo
Hari mulai terang, puncak sudah mulai dipadati oleh pengunjung, mulai dari lokal sampai mancanegara.

Dan ketika sang mentari mulai menampakkan diri, sungguh semua mata tertuju padanya. Kilauan merah menyala seakan membangunkan kita dari semua masalah yang ada, membuat kita benar-benar menikmati keindahan alam, sungguh indah ciptaan Tuhan...



Menikmati indahnya matahari terbit memang tak terasa, ingin rasanya berlama-lama menyaksikan keindahan yang sangat jarang untuk dilihat. Setelah kurang lebih 4 jam kami berada di puncak penanjakan 2, matahari sudah mulai tampak tinggi dan panas mulai terasa, kami pun kembali ke jeep kami dan melanjutkan perjalanan menuju kawah bromo.

Perjalanan yang kami tempuh dari dini hari hingga tengah hari, menjadikan suatu momen yang tak akan bisa kami lupakan dan akan menjadi kenangan untuk bekal cerita di hari tua. :D

Kamis, 17 Oktober 2013

Balanced Scorecard - Defenisi dan perspektif







Defenisi Balanced Scorecard


Borland Scorecard atau disingkat BSC merupakan strategi pendekatan  terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan (Harvard Business School) pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (keseimbang ) dan scorecard (kartu skor). Balanced (keseimbangan) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan , performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal sampai yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat performance tersebut.

Jadi  dapat disimpulkan bahwa  Borland Scorecard adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.

Keunggulan Balanced Scorecard 


BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh alat manajemen lainnya. Seperti yang dimiliki oleh strategi manajemen tradisional, hanya mengukur kinerja organisasi dari segi keuangan saja dan lebih menitikberatkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal yang bersifat intangible juga berperan penting dalam kemajuan suatu organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif, yaitu keuangan , pelanggan, proses internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan.


Perspektif Borland Scorecard
 
1. Perspektif Keuangan
Balanced scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang didalamnya ada keseimbangan antara keuangan dengan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaikan visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setiawan, 2000), sebagai berikut :

a.      Peningkatan customer yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue)

b.  Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan cost effectiveness)

c.    Peningkatan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan finansial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi dalam proyek yang menghasilkan return tinggi.
Di dalam BSC, pengukuran finansial memiliki dua peran penting. Yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan. Yang kedua adalah memberi dorongan kepada tiga perspektif lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Perspektif Pelanggan 

Dalam perspektif ini, perusahaan terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi. Selanjutnya, para pengambil kebijakan harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari setiap operasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Produk akan dikatakan lebih bernilai apabila manfaat yang diterima produk tersebut lebih tinggi dari pada biaya perolehan. Tetapi suatu perusahaan terbatas dalam memuaskan potensial customer  sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Dalam perspektif pelanggan, ada dua pengukuran, yaitu :
a.     Kelompok pengukuran inti (icore measurement group)
Kelompok ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok ini, dikenal lima tolak ukur, yaitu : pangsa pasar, akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan. 
b.    Kelompok pengukuran  nilai pelanggan (customer value proposition).
Kelompok ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka bisa masuki. Value proposition menggambarkan attribut yang disajikan perusahaan dalam produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).
  4. Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Penting bagi suatu organisasi saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas, yaitu :
1)    Kapabilitas pekerja.
Tolak ukurnya adalah kepuasan pekerja, retensi pekerja dan produktivitas pekerja.
2)    Kapabilitas sistem informasi.
Tolak ukurnya adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3)   Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

Sumber : Materi Manejemen Strategi, Paman Google


Kamis, 03 Oktober 2013

Local Economic Developtment (LED)

Kembali dengan Mata Kuliah Manajemen Strategi, kali ini saya merangkum sedikit materi tentang LED (Local Economic Developtment) atau Pengembangan Ekonomi Lokal.

Pengertian
Local Economic Developtment (LED), merupakan suatu pendekatan untuk pembangunan ekonomi dengan tujuan membangun perekonomian lokal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam suatu daerah. Pengembangan ekonomi lokal ini hanya dapat terlaksana dengan peran serta dari pemerintah, masyarakat itu sendiri dan juga pihak swasta yang bekerja bersama-sama dengan satu tujuan untuk meningkatkan perekonomian.

Adapun kunci utama perubahan yang menjadi dasar dalam mengembangkan ekonomi lokal/daerah, yaitu : 1. Ekonomi
2. Teknologi
3. Politik
4. Sistem pemerintahan
5. Kebijakan

Sedangkan rencana strategis dalam pengembangan ekonomi lokal, adalah :
1. Pengelompokkan hasil
2. Penilaian Ekonomi Lokal (Potensi-potensi yang dimiliki)
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

Pada tulisan berikutnya akan saya bahas masing-masing mengenai rencana strategis dalam pengembangan ekonomi lokal.

Kamis, 26 September 2013

Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah

Provinsi Kalimantan Tengah, dengan ibukota Palangka Raya terletak antara 0°45’  Lintang  Utara,  3°30’   Lintang  Selatan  dan  111°-116°  Bujur  Timur. Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi terluas ke DUA di Indonesia setelah provinsi Papua dengan luas wilayah mencapai 153.564 km².

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 11 (sebelas) sungai besar dan tidak kurang dari 33 (tiga puluh tiga) sungai kecil/anak sungai, keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah. Adapun sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km memiliki kedalaman mencapai 8 m, merupakan sungai terpanjang di Kalimantan Tengah  sehingga dapat dilayari hingga 700 km.

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki  136 Kecamatan, 138 Kelurahan serta 1.421 desa. Adapun 13 Kabupaten dan 1 Kota hasil pemekaran dari Kabupaten induk, antara lain :
  1. Kota Palangka Raya dengan ibukota  Palangka Raya.
  2. Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibukota Pangkalan Bun.
  3. Kabupaten Kotawaringin Timur dengan ibukota Sampit.
  4. Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala Kapuas.
  5. Kabupaten Barito Selatan dengan ibukota Buntok.
  6. Kabupaten Barito Utara dengan  ibukota Muara Teweh.
  7. Kabupaten Lamandau dengan ibukota Nanga Bulik.
  8. Kabupaten Sukamara dengan ibukota Sukamara.
  9. Kabupaten Seruyan dengan ibukota Kuala Pembuang.
  10. Kabupaten Katingan dengan ibukota Kasongan.
  11. Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun.
  12. Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau.
  13. Kabupaten Barito Timur dengan ibukota Tamiang Layang.
  14. Kabupaten Murung Raya dengan ibukota Puruk Cahu.
Potongan Film Dokumenter Kalimantan Tengah Tahun 1957.



 Sumber : Situs Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
 

Visi Misi Provinsi Kalimantan Tengah

Visi :
"MENERUSKAN DAN MENUNTASKAN PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH AGAR RAKYAT LEBIH SEJAHTERA DAN BERMARTABAT DEMI KEJAYAAN NEGARA KESETUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)"




Misi :
  • Sinergi Pembangunan Kewilayahan Kalimantan Tengah melalui pemantapan Rencana Penataan Ruang Provinsi (RTRWP) secara berkelanjutan dengan memperhatikan kesejahteraan rakyat dan lingkungan hidup.
  • Menciptakan Pendidikan Berkualitas dan Terakses serta Merata.
  • Menjamin kesehatan masyarakat yang merata dan mudah terjangkau.
  • Pembangunan dan peningkatan infrastruktur yang menjangkau kantong-kantong pemukiman penduduk dan memfasilitasi pembangunan ekonomi rakyat.
  • Pengembangan dan penguatan ekonomi kerakyatan yang saling bersinergi dan berkelanjutan.
  • Pelembagaan sistem penguatan kapasistas SDM masyarakat dan pemerintah.
  • Terciptanya kerukunan dan kedamaian serta sinergitas dan harmonisasi kehidupan bermasyarakat di Kalimantan Tengah.